Bentang alam aliran sungai Digoel di Wilayah Boven Digoel Papua bagian selatan, terlihat membelah hutan belantara lebat, aliran sungai Boven Digoel nampak tenang, tempat berkembang biak nya habitat air tawar seperti Ikan Gurami, Lele, Mujair, Gabus, juga predator buas seperti Buaya.
![]() |
Image By : Doris Photo From www.opd.bovendigoelkab.go.id |
Pertanyaannya, apakah kita sanggup?
Di waktu musim kemarau air aliran sungai Boven Digoel akan terlihat begitu jernih, namun beda hanya saat musim penghujan air sungai Boven Digoel nampak terlihat sangat keruh berwarna kecoklatan, ini biasanya disebabkan oleh endapan lumpur naik ke permukaan sungai Boven Digoel.
Kita ketahui bahwasanya Sungai Boven Digoel bermuara di Laut Arafura merupakan salah satu komunitas di pedalaman hutan di aliran sungai Boven Digoel buat menghubungkan satu lokasi ke lokasi lain, panjang mencapai sekitar 546 km dan merupakan salah satu sungai terpanjang ke-5 di Indonesia, Dulunya di Wilayah Boven Digoel ini juga dikenal dengan istilah Tanah Merah, sebagai penjara Alam, tempat pengasingan tokoh-tokoh pejuangan kemerdekaan Indonesia, oleh pemerintah Hindia Belanda pada saat itu.
Memiliki peran penting sebagai jalur penghubung di komunitas di aliran sungai Boven Digoel, dan juga merupakan aliran sungai dimana Boven Digoel begitu penting untuk digunakan , dan oleh dua perusahaan yaitu perusahaan sawit dan perusahaan kayu di Boven Digoel.
Dibalik keindahan hutan dan di Boven Digoel di Tanah Merah Papua, ada persoalan sangat krusial terjadi menyangkut pelayanan kesehatan, penduduk Hutan Boven Digoel.
Saat mereka sakit atau ibu hamil sulit melahirkan, bukanlah hal sepele bagi mereka bisa mendapatkan layanan kesehatan baik dan modern. daerah terluar merupakan suatu wujud nyata menggambarkan daerah tertinggal jauh dari kata layak, mereka terbiasa hidup serba terbatas, pelayanan medis modern adalah sesuatu sangat asing bagi mereka.
loading...
Berkaitan dengan upaya bagi peningkatkan kualitas kesehatan di daerah terluar Boven, tentunya sebagai tantangan besar Pemerintah Pusat dan Daerah beserta lembaga swasta terkait lainnya, dan kelompok aktif, bakal mencari cara dan solusi agar di pedalaman dapat terjangkau dan terpenuhi.
Bicara mengenai eskalasi kesehatan di pedalaman Boven, berhubungan erat dengan faktor-faktor mempengaruhi berhasil atau tidaknya, aksesibilitas, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, serta karakteristik masyarakat.
Sumber daya tenaga medis sangat terbatas, menjadi satu faktor, mempengaruhi tercapainya pelayanan ini bisa adil dan merata, hal ini tak bisa dipungkiri dengan rasio dokter saat ini, dan menolak untuk ditempatkan di daerah terluar dan terdalam di Indonesia.
Namun tidak didukung aksesibilitas memadai, mereka begitu kesulitan untuk menjangkau pusat layanan medis kebetulan hanya ada di Kota Asiki. penduduk di Kampung Obinangge contohnya harus menempuh waktu kurang lebih 3 jam melewati aliran sungai Boven Digoel untuk tiba di Klinik, Mungkin juga ada peristiwa menyayat sampai meregang nyawa di perjalanan karena persoalan rentang waktu, Miris Rasanya!,
kita berharap Kesehatan Baik bagi Sesama dapat terwujud, adil dan merata diseluruh Indonesia,
sebagai bentuk peran aktif kita sebagai masyarakat dengan terus mendukung pembangunan Klinik Asiki, agar dapat menjangkau lebih banyak lagi wilayah terluar dan zona pedalaman aliran sungai Boven Digoel .
Selain itu perlunya memiliki jaringan dan jejaring puskesmas, seperti pustu, polindes dan posyandu, tujuannya agar lebih mendekatkan layanan di kawasa terdalam, serta layanan "Mobile Service".
Gambaran nyata kondisi pedalaman di aliran sungai Boven Digoel sampai dengan Kemerdekaan Indonesia ke-75, masih hidup penuh keterbatasan. Kesehatan sebagai bagian dari hak Asasi Manusia, seperti telah diamanatkan UUD 1945, oleh karena itu masyarakat di pedalaman, memiliki hak sama harus dipenuhi sebagai bagian dari amanat tersebut, jangan sampai mereka di sana terlupakan.
Comments
Post a Comment